Pelatihan Komputer & Internet

02 Desember, 2009

Derita di Tanah Suci

Pepatah mengatakan “niat hati memeluk gunung, tapi tangan tak sampai” begitulah mungkin yang cocok untuk menggambarkan orang-orang yang ingin menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Bagaiman tidak, dari jauh-jauh hari bahkan sudah bertahun-tahun lamanya ingin menunaikan ibadah haji justru batal. Mengapa demikian, ada beberapa factor yang menyebabkan calon jamaah haji mengurungkan niatnya pergi ke tanah suci.

Alih-alih ada sebagian orang yang beruntung dapat menunaikan ibadah haji, hal ini tidak terlepas dari kesanggupan calon jamaah haji tersendiri (mampu sesuai ketentuan rukun islam yang kelima). Beruntunglah bagi mereka yang mampu untuk pergi menunaikan ibadah haji. Sehingga lengkaplah rukun islam bagi seorang muslim untuk menyatakan kepada dunia bahwa mereka sepenuhnya menjadi muslim sejati.

Ada satu permaslahan tatkala calon jamaah haji sampai di tanah suci mekkah yang mungkin oleh sebagian orang tidak mampu untuk menyesuaikan diri terhadap situasi dan lingkungan disana. Cuaca salah satunya merupakan salah satu factor penting yang mungkin tidak bisa dihindari oleh sebagian besar orang.

Namun, disatu sisi ada yang lebih penting untuk diperhatikan oleh jamaah haji tatkala sedang menunaikan ibadah haji. Hal ini adalah kondisi fisik dari jamaah haji itu sendiri. Fisik merupakan factor utama yang harus diperhatikan selain factor lingkungan dan kondisi cuaca disana. Factor inilah yang sering diabaikan oleh sebagian besar calon jamaah haji, sehingga tatkala sampai disana “niat hati menunaikan ibadah haji, justru dapat sengsara” ujung-ujungnya meninggal dunia. Wallahu a’lam.

Anehnya justru sebagian dari mereka sengaja naik haji pada usia tua/ lanjut. Dengan dalih bahwa menginginkan meninggal dunia disana. Padahal bila dilihat lebih lanjut itu hanya akan menjadi beban orang lain bahkan pemerintah sekalipun. Yang jadi pertanyaan bagi saya adalah “mengapa hal ini bisa terjadi?” apa jangan-jangan ini merupakan suatu kesempatan bagi pemerintah, khususnya departemen agama?.

Seharusnya pemerintah harus lebih jeli menyikapi banyaknya jamaah haji asal Indonesia yang meninggal dunia disana. Hingga mencapai jumlah puluhan bahkan ratusan nyawa yang melayang sia-sia. Paling tidak menurut hemat penulis calon jmaah haji harus dibatasi batas umurnya dengan batas maksimum 60 tahun.

Kebanyakan jamaah haji asal Indonesia yang meninggal disana rata-rata berusia lanjut. Hal ini yang menjadi penyebab meninggalnya jamaah haji asal Indonesia. Bila dilihat secara medis, usia 60 tahun keatas rentan dengan banyaknya penyakit yang menghinggapi manusia karena tingkat kekebalan tubuh atau daya imun sesorang sudah menurun.

Ada yang tak kalah menariknya untuk dibahas terkait masalah urusan jamaah haji tentunya di departemen agama, yaitu berdasarkan data-data dan pemberitaan yang penulis ketahui bahwa departemen terkorup adalah departemen agama. Sungguh sangat ironis bila kita kaji dan renungi. Yang jadi pertanyan adalah “koq bisa, yang notabennya departemen agama adalah orang-orang yang paham agama justru paling terkorup?” innalillahi wainna ilaihiroji’un.

Berdasarkan informasi kasus diatas bisa kita kaitkan dengan permasalahan jamaah haji dari dahulu hingga sekarang, yang seakan-akan tidak pernah lepas dengan yang namanya penderitaan, dari kelaparan, pemondokan, terlantar, dan lain-lain.

Ini menjadi renungan bagi masyarakat dan pemerintah untuk lebih memperhatikan keselamatan daripada mementingkan financial, harta dan keuntungan semata. Karena kenikmatan dunia tidak kekal adanya, yang kekal hanyalah Allah Azza Wajallah…

Penulis menyadari bahwa tulisa ini jauh dari sempurna, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Apabila dari tulisan ini ada nilai baiknya/manfaatnya tentunya datangnya dari Allah Ta’ala dan apabila ada salah tentunya datangnya dari penulis. Penulis mengucapkan Jazakumullah Khairan Katsira.

By Nassir Barack Sabe

0 komentar:

Maulud Pemuda Menara Malaysia