Pelatihan Komputer & Internet

10 Februari, 2010

Bertemu di Padang Arafah

Di Padang Arafah


Konon katanya padang arafah adalah tempat bertemunya nabi Adam dengan Hawa setelah diturunkan ke dunia. Pada musim haji tahun ini selain menjadi ajang pertemuan umat islam sedunia, padang arafah juga merupakan tempat saya bertemu dengan uda apit yang telah lama berpisah. Yang saya ingat dulu sewaktu saya masih kecil uda apit pergi ke mesir untuk menuntut ilmu di sana, dan sejak itu kami tidak pernah bertemu lagi. Memang sejak saya kenal internet sudah sering berkomunikasi dengan uda apit, baik melalui blognya kak heri, begitu pula dia sering kunjung ke blog saya.

Selain itu kami juga sudah sering kontak melalui yahoo messenger, kami sudah sering ngobrol bahkan sudah bisa melihat wajahnya melalui webcam, akan tetapi baru bisa bertemu langusung dengan orangnya ketika kami berada di padang arafah pada tanggal 9 dzul hijjah bertepatan dengan 26 nopember 2009.

Namun untuk bertemu dengan uda apit tidaklah mudah, semula saya bayangkan kami akan bertemu dengan mudah, apalagi bisa kontak sebelumnya dengan HP, dan saya kira tempat kami berdekatan, ternyata setelah saya lacak, tempat kemahnya jamaah Indonesia yang ditempati uda apit sangat jauh sekali bahkan dari ujung selatan ke ujung utara.

Dengan berjalan kaki di tengah keramaian padang arafah yang dipenuhi oleh jutaan manusia dari berbagai Negara, dan jalan-jalan yang dipenuhi oleh bus-bus yang berjejer dan beriringan, saya menelusuri jalan-jalan di padang arafah, sambil sesekali memencet HP menanyakan posisi uda apit. Di sana ada banyak balon besar yang dilayangkan cukup tinggi dengan diikat tali sebagai tanda bagi tempat-tempat tertentu. Nah untuk memastikan posisi uda apit saya bertanya, uda apit lihat balon warna kuning? Dia jawab tidak. Saya pun meneruskan perjalanan, terus saya Tanya lagi: uda apit lihat balon hijau? Dia bilang tidak. Waduh, berarti posisinya jauh sekali, sebab balon-balon tersebut melayang cukup tinggi dan bisa dilihat dari jarak yang jauh. Sehingga kalau tidak melihatnya berarti dia masih jauh sekali, padahal kaki sudah mulai lelah berjalan, karena di padang arafah tidak ada kendaraan yang bisa ditumpangi. Semua kendaraan diparkir untuk persiapan mengangkut jemaah haji pergi ke muzdalifah.

Saya Tanya uda apit dekat tidak dengan masjid Namirah? Dia bilang jauh. Saya berpikir bagaimana bisa menemukan posisi uda apit. Saya coba menanyakan jalan. Di arafah ada delapan jalan besar yang merupakan jalur kendaraan menuju muzdalifah, dia bilang ada di jalan no. 8, sedangkan posisi saya waktu itu berada di jalan no.4 karena kemah saya berada di jalan no.3. berarti saya harus melewati jalan no. 5, 6, 7, baru sampai ke jalan no. 8.

Sampai di jalan no.6 terlihatlah jabal rahmah yang dipenuhi oleh ribuan manusia, namun setelah ditanya apakah uda apit melihat jabal rahmah, ternyata uda apit tidak melihatnya. Waduuh, berarti masih jauh, padahal kaki sudah terasa capek sekali. Namun saya terus bersabar karena ingin sekali bertemu dengan uda apit. Di tengah perjalanan, ada dua orang Yaman yang bertanya di mana lokasi perkemahan orang Indonesia? Saya bilang: saya sedang menuju ke sana tapi persisnya belum tahu. Saya Tanya: untuk apa nanya kemah orang Indonesia? Dia bilang, saya mau mencari tempat yang tenang, jauh dari keramian biar khusyuk menjalankan wukuf. Memangnya di sana tenang? Iya, di perkemahan orang Indonesia cukup tenang, tidak seperti di sini yang sangat ramai dan penuh sesak. Maka kami berjalan bersama dengan kedua orang tersebut.

Sampailah saya ke jalan no. 8. di pojok jalan saya melihat dua orang Indonesia, kelihatannya dia memegang peta arafah. Saya Tanya dia tentang lokasi perkemahan orang Indonesia, dan dia menunjukkan tempatnya sambil memperlihatkan peta, dia menunjukkan arahnya, jalannya secara jelas, karena ternyata dia adalah dua orang mahasiswa yang bekerja sebagai petugas haji, yang satu kuliyah di Yordan, yang satunya kuliyah di Mesir. Ketika saya Tanya apakah dia kenal uda apit? Dia jawab, ya. Sayang ketika saya meminta petanya, dia tidak mau memberikan, karena dia Cuma punya satu.
Ahirnya dengan petunjuk kedua mahasiswa tersebut dengan mantap saya menuju ke perkemahan orang Indonesia yang ternyata masih jauh, jadi bukan pas di jalan no. 8 akan tetapi hanya ada di sekitarnya, dan jaraknya juga cukup jauh. Dengan sisa tenaga saya terus menelusuri jalan-jalan padang arafah, dan dari jauh terlihatlah bendera merah putih, pertanda di sanalah terletak jamaah haji Indonesia. Aku pun semakin semangat mengayunkah langkah untuk segera sampai dan bertemu dengan uda apit. Setelah sampai di sana ternyata lokasi jamaah haji Indonesia benar-benar berada di tepi padang arafah, dan di sana hanya ada bangsa Indonesia, tidak terlihat bangsa-bangsa lain, dan suasananya benar-benar tenang, lorong-lorong sepi, hampir tidak ada orang yang lalu-lalang, karena kelihatannya jamaah haji Indonesia semuanya khusyu' berada di dalam kemah meanti saat-saat wukuf.

Kurang lebih jam sebelas siang, saya berhasil bertemu dengan uda apit setelah sekian lama tidak ketemu, dan ketika bertemu kami langsung saling mengenal. Setelah ngobrol-ngobrol sebentar, Tanya-tanya kabar, kami sempatkan foto bersama. Dan menjelang jam dua belas, saya kembali ke kemah saya semula untuk wukuf.

Maulud Pemuda Menara Malaysia