Pelatihan Komputer & Internet

27 Juni, 2009

Pesta Durian di Sekuning Bintan

Pagi itu kami berangkat naik sepeda motor dari Bengkong indah Batam menuju pelabuhan penyebrangan Telaga Punggur, pelabuhan dimana tempat menyebrang dari pulau Batam ke Pulau Bintan. Sampai di Punggur kami pun membeli tiket, tarif untuk dewasa Rp. 14.500, untuk anak-anak Rp. 11.700 dan untuk sepeda motor Rp. 24.000.


Untuk membawa sepeda motor menyebrang ke Tanjung uban harus mengurus surat jalan terlebih dahulu sebelum naik ke kapal, yang diperlukan hanyalah foto kopi SIM, STNK dan BPKB. Setelah berkas tersebut diserahkan pada petugas di pelabuhan kami tinggal menunggu proses pembuatan surat jalan dan selanjutnya antri untuk naik ke kapa roll on-roll off atau sering juga di sebul roro.

Dengan naik kapal roro perjalanan ditempuh sekitar 1 jam dari Telaga Punggu ke Tanjung Uban. kalau kita naik speed hanya 20 menit saja tapi tarif tiketnya lebih mahal yaitu Rp. 35.000 dan kita tidak bisa membawa kendaraan sendiri. Kapal roro menyebrang dua kali sehari jam 10.00 pagi dan jam 16.00 sore, dan dari Tanjunguban jam 08.00 pagi dan jam 13.00 siang.

Karena penumpang penuh selama di kapal kami tidak dapat tempat duduk, bukan hanya sepeda motor yang ikut menyebrang melainkan ada mobil pribadi dan truk. Wajah penumpang pun bervariasi dari anak-anak, mahasiswa Tanjung Uban yang kuliah di Batam, usahawan, sampai karwayan pabrik. Maklumlah hari sabtu banyak orang yang pulang untuk liburan hari minggu. Satu jam kami berdiri sambil ngobrol tak terasa akhirnya sampai juga.

Selanjutnya kami turun dari kapal. Pertama kami menuju rumah nenek kak Yadi untuk menghadiri acara pernikahan sepupunya tak jauh dari pelabuhan. Sekitar 2 jam kami disana kemudian berangkat menuju sekuning, tepatnya di Proyotomo kelurahan Sri bintan Kecamatan Teluksebong Kabupaten Bintan, disanalah banyak orang menara Bawean tinggal bertahun-tahun merantau ada yang bercocok tanam, ada yang kerja buruh ada juga yang mengajar di TPA.. Konon ceritanya dulu kakek saya Daifi juga pernah tinggal disini berkebun karet.

Perjalanan ditempuh sekitar satu jam melalui jalan berkelok naik turun bukit melewati hutan dan semak, jalannya sudah bagus dan mulus. Jika tidak melintasi desa masih jarang kami jumpai rumah-rumah warga. Sampai di simpang sekuning kami sudah di tunggu kak Encung asal Gununggelagas bersama kak Supriyadi asal Pitungbulung.

Sampai di rumah kak Encung kami disuguhi 7 Buah duren segar yang baru jatuh dari pohonnya. Durian dari sekuning memang terkenal durian paling enak di Tanjungpinang dan Batam. rasanya kami tidak kuat untuk menghabiskan durian yang lumayan besar itu, terpaksa kami sisakan untuk dimakan lagi nanti.

Rencananya sore hari kami mau mandi di bendungan karena sudah lama ga renang tapi sayang sampai di bendungan airnya keruh karena tadi habis turun hujan. Terpaksa kami mandi di sumur, airnya jernih dan dan segar, dingin lagi. Setelah mandi kami pun pulang dan shalat ashar.
Selepas shalat ashar kami jalan-jalan ke kebun duren sambil menikmati pemandangan di sekitar gunung Bintan. Rencananya mau beli duren langsung di kebun untuk oleh-oleh ke Batam, tapi sayang hari sudah terlampau sore banyak durian sudah habis. Kami bertemu marwasi dan Ahmadi, teman se-kampung halaman yang dulu merantau ke Malaysia tapi sekarang menetap di Sekuning karena di Malaysia untuk bayar permit terlalu mahal.

Malam hari setelah maghrib kami berkunjung ke rumah kak Pari, suami dari kak Wati pakem putra bpk Abdullah. Kak Wati sudah 7 tahun tidak pulang ke Bawean dan sudah mempunyai 2 orang anak laki-laki. Disana kami bertemu Santi Gunungtinggi istri Supriyadi yang juga telah mempunyai 2 orang, 1 anak laki-laki dan 1 anak perempuan, mereka baru dua tahun yang lalu pulang kampung.

Puas kami ajendur (ngobrol) dan mata mulai ngantuk kami pun pulang, sebelum tidur saya masih melanjutkan makan durian yang tersisa tadi. Listrik di Sekuning hanya hidup dari pukul 6 sore hingga pukul 11 malam.
Pagi hari kami kembali ke kebun duren, makan duren lagi, akhh.. duren memang nikmat, sisanya kami bawa pulang untuk oleh-oleh ke Batam. Selanjutnya main ke air terjun dan mandi disana. Airnya tidak terlalu besar cuma patut dibanggakan karena terawat tidak seperti di Bawean yang sebenarnya lebih indah tapi tidak terawat dan kurang perhatian pemerintah.


Sepulang dari air terjun kami disuguhi sotong / cumui-cumi bakar, besarnya separuh lengan orang dewasa, nikmat banget dimakan dengan sambal kecap,.. biasanya saya makan cumi-cumi dimasak kuah hitam seperti yang dimakan semalam di rumah kak wati. Nyaris tinggal 1 cumi-cumi perut kami sudah tidak muat lagi, nikmat dan kenyang, Alhamdulillah ucapku.

Selesai makan kami kembali ke Batam dengan membawa 2 kardus duren.

2 komentar:

mohed mengatakan...

wah her enakny6a .....
kirim kesini bossss.....

Herry mengatakan...

Sekali-sekali main kesini donk..
kalo mau ke malaysia lewat batam aja,
mampir.

Maulud Pemuda Menara Malaysia