Fardiyan Bin Ulumayan, sosok muda yang satu ini sangat dikenal di kalangan masyarakat menara, baik di malaysia atau pun di Bawean. Ia lahir di Gunung Gelagas Menara. "Kak iyan" begitulah saya memanggilnya.
Ia menghabiskan masa mudanya di pondok pesantren Sidogiri Pasuruan. Selepas dari pondok pesantren ia merantau ke negeri jiran Malaysia. Banyak sanak familinya disana. Menurut silsilah ia masih ada hubungan darah dengan K.H. Zaini Balikbak yang meninggal di Mekkah saat menunaikan ibadah haji.
Tak jauh dari kehidupannya di kampung, di Malaysiapun ia banyak ikut andil dalam membantu masyarakat setempat. Ia juga pernah berguru di Mojokerto tentang pengobatan menggunakan media setrum dan canthuk, banyak masyarakat yang telah merasakan hasil dari pengobatan yang ia lakukan diantaranya untuk membersihkan darah kotor, asam urat dan pegal-pegal.
Sementara ia merantau mencari nafkah di Malaysia, ia aktif di lembaga pendidikan Azizi Hasimiah sebagai pengasuh lembaga tersebut, dalam kesehariannya ia selalu menjadi imam di musholla setempat. Ia juga aktif di organisasi NU ranting sungai buluh, di Malaysia ia tinggal di no. 6 Gubuh Gajah Sungai Buluh, begitu papar sabry di blognya.
Sebelum menikah ia tinggal di Gunung Gelagas Menara, menurut adat Bawean rata-rata suami ikut istri, jadi setelah menikah ia pindah ke Button ikut istrinya, Suaenah. Di Bawean Istrinya mengabdi menjadi tenaga pengajar di yayasan Al Manar Menara Sangkapura Bawean. Sungguh keduanya sama-sama berjuang di jalan Allah menjadi pahlawan tanpa tanda jasa.
(sebagian di kutip dari http://oranggunungsuka.blogspot.com/)
Ia menghabiskan masa mudanya di pondok pesantren Sidogiri Pasuruan. Selepas dari pondok pesantren ia merantau ke negeri jiran Malaysia. Banyak sanak familinya disana. Menurut silsilah ia masih ada hubungan darah dengan K.H. Zaini Balikbak yang meninggal di Mekkah saat menunaikan ibadah haji.
Tak jauh dari kehidupannya di kampung, di Malaysiapun ia banyak ikut andil dalam membantu masyarakat setempat. Ia juga pernah berguru di Mojokerto tentang pengobatan menggunakan media setrum dan canthuk, banyak masyarakat yang telah merasakan hasil dari pengobatan yang ia lakukan diantaranya untuk membersihkan darah kotor, asam urat dan pegal-pegal.
Sementara ia merantau mencari nafkah di Malaysia, ia aktif di lembaga pendidikan Azizi Hasimiah sebagai pengasuh lembaga tersebut, dalam kesehariannya ia selalu menjadi imam di musholla setempat. Ia juga aktif di organisasi NU ranting sungai buluh, di Malaysia ia tinggal di no. 6 Gubuh Gajah Sungai Buluh, begitu papar sabry di blognya.
Sebelum menikah ia tinggal di Gunung Gelagas Menara, menurut adat Bawean rata-rata suami ikut istri, jadi setelah menikah ia pindah ke Button ikut istrinya, Suaenah. Di Bawean Istrinya mengabdi menjadi tenaga pengajar di yayasan Al Manar Menara Sangkapura Bawean. Sungguh keduanya sama-sama berjuang di jalan Allah menjadi pahlawan tanpa tanda jasa.
(sebagian di kutip dari http://oranggunungsuka.blogspot.com/)
0 komentar:
Posting Komentar