Malam itu sms masuk ke Hpku, ku lihat dari nomor malaysia. "Besok tunggu di pelabuhan Batam Center, saya ikut very pertama". Saya langsung ngeh karena hari sebelumnya cik Muhtar sudah konfirmasi memalui telepon kalau dia sedang di Malaysia dan akan pulang ke Gresik lewat batam.
Pagi hari jam setelah mandi 7.30 saya langsung bergegas ke pelabuhan batam cernter, sesampainya di sana cik Muhtar sudah menungguku. Kami langsung beranjak ke luar pelabuhan menaiki mobil Honda accord yang narik penumpang sebagai taxi, setelah negosiasi dengan sopir sepakat harga yang di tawarkan 50.000 untuk mengantar kami. Ada juga taxi di dalam pelabuhan tapi biasanya kalau naiknya dari dalam tarifnya lebih mahal. Karena kami akan nyebrang ke Tanjung pinang, pelabuhan punggurlah tujuan kami .
Tiba di pelabuhan punggur kami langsung masuk ke pelabuhan dengan membayar tax 5.500 per kepala, kami tidak membeli tiket kapal di loket tapi langsung bayar di dalam feri, kebetulan kapal akan segera berangkat dengan di bunyikannya sirine kapal, 45.000 tarif yang dikenakan MV. Baruna. Di dalam feri kami ngobrol sambil baca koran Batam pos yang kami beli sebelum naik ke kapal tadi.
Jam 10 wib kami bersandar di pelabuhan Tj. Pinang, kak pipi dari kijang telah menanti menjemput kami, dari pelabuhan selanjutnya jalan kaki menyusuri pasar tanjung mencari tempat sarapan. Tibalah di kedai Pagi-Sore ujung jalan pasar pinang, kami pesan martabak isi sedang kak pipi pesan rujak. Cukuplah untuk mengganjal perut yang dari pagi belum terisi, nikmat sekali rasanya,.. maknyusss!!
Tak lama setelah makan kami langsung beranjak menuju Kijang naik taxi, kami turun sampai di depan masjid Sungai datuk, 50.000 kami bayar ongkosnya, pak sopir pun bilang terima kasih. lalu jalan kaki menyusuri gang pavingan-nya sudahmulai rusak.
Sampai di rumah bik Ratna kami tak menemui seorangpun disana, terpaksa masih duduk di dhurung² kak pipi sambil ngobrol dan berkenalan dengan tetangga. Eh, ternyata di kampung sungai datuk Kijang rata-rata orang Bawean semua sekalipun ada yang sejak lahir tidak pernah berkujung ke Bawean.
Beberapa saat bik Ratna datang dengan suaminya, pak Yus namanya, beliau asli turunan Padang Sumatera (bukan Padang Gunung Teguh Bawean lho) katanya beliau dari rumah menantunya. Setelah lama ngobrol barulah saya tahu kalau di rumah bik Ratna-lah dulu cik Muhtar mampir dengan penumpangnya (TKI:red) sebelum berangkat ke Malaysia lewat jalur laut.
Siang itu rencananya kami mau main ke Sekuning, disanalah banyak orang Kalompek-Menara tinggal. Yang saya tau Kak Encung, Kak Pari-Wati, Rama Hasan. Konon kakek saya Daifi juga pernah merantau ke sana dan banyak tanah peninggalannya, sayang beliau disana tak berlangsung lama. Karena cuaca terlampau panas dan cik Muhtar kecapean semalam dari Kuala Lumpur belum sempat tidur, kami memilih istirahat, tidur siang.
Bangun dari tidur siang kami makan di Kedai Asiong, ikan lebam bakar dan sotong bakar, bumbunya nikmat sekali terasa meresap sampai ke dagingnya. Rasanya tak ada bandingannya dengan di jawa.
Sore hari saya jalan-jalan ke Taman Kota ada kolam kecil kira-kira 50x100 m². Disamping kolam di bangun taman-taman dan tempat duduk santai. Ada komplek warung-warung makan lengkap dengan jajanan berbagai macam masakan, Pujasera namanya. Kami memilih mie ayam bakso, sedap betul makan mi ayam bakso sambil ngobrol di samping kolam, ada proyektor besar dengan siaran televisi sengaja di pampang untuk para pengunjung.
Setelah lama ngobrol kami pun pulang. Sampai di rumah bik Ratna kami nonton bola di RCTI siaran langsung Indonesia vs Australia hasilnya 0-0, sementara pak Yus merajut cedok sotong, alat untuk menangkap sotong. Hari-hari biasa pak Yus selalu memancing di laut, sudah beberapa hari terakhir ini pak Yus tidak melaut karena angin lumayan kencang dan perahu pak Yus sudah lumayan tua.
Pukul 5 pagi saya bangun, mandi lalu shalat subuh, selanjutnya siap-siap untuk pulang ke Batam sambil menunggu taxi jemputan. Kira-kira pukul 5.30 kami berangkat ke pelabuhan Tanjung Pinang. Hari masih redup, matahari belum terbit sempurna.
Sampai di Pelabuhan kijang kami menunggu speed pertama ke Batam. Sambil menunggu kami asik ngobrol menikmati susana di pagi hari. Tak lupa kami beli tiket Rp. 45.000,-. Tepat pukul 7 WIB speed pertama pun berangkat. Pukul 7.30 masih mampir di Pulau Lobam beberapa menit menurunkan penumpang Ada juga penumpang dari Lobam yang ikut ke Punggur, Batam.
Sampai di Pelabuhan Punggur kami menuju seberang jalan ke warung padang untuk sarapan. Selanjutnya ke bandara Hang-Nadim, cik Muhtar mau pulang ke Surabaya, beberapa menit kemudian saya di jemput Lifari, mampir di Anggrek sari, rumah kak Mila Sabe laok saya di suguhi bubur pisang ambon asli dari bawean, ada juga koncok-koncok, mantab!!. Hampir pukul 11 wib saya di antar ke Notebook Store Nagoya Hill, tempat kerjaku.
Pagi hari jam setelah mandi 7.30 saya langsung bergegas ke pelabuhan batam cernter, sesampainya di sana cik Muhtar sudah menungguku. Kami langsung beranjak ke luar pelabuhan menaiki mobil Honda accord yang narik penumpang sebagai taxi, setelah negosiasi dengan sopir sepakat harga yang di tawarkan 50.000 untuk mengantar kami. Ada juga taxi di dalam pelabuhan tapi biasanya kalau naiknya dari dalam tarifnya lebih mahal. Karena kami akan nyebrang ke Tanjung pinang, pelabuhan punggurlah tujuan kami .
Tiba di pelabuhan punggur kami langsung masuk ke pelabuhan dengan membayar tax 5.500 per kepala, kami tidak membeli tiket kapal di loket tapi langsung bayar di dalam feri, kebetulan kapal akan segera berangkat dengan di bunyikannya sirine kapal, 45.000 tarif yang dikenakan MV. Baruna. Di dalam feri kami ngobrol sambil baca koran Batam pos yang kami beli sebelum naik ke kapal tadi.
Jam 10 wib kami bersandar di pelabuhan Tj. Pinang, kak pipi dari kijang telah menanti menjemput kami, dari pelabuhan selanjutnya jalan kaki menyusuri pasar tanjung mencari tempat sarapan. Tibalah di kedai Pagi-Sore ujung jalan pasar pinang, kami pesan martabak isi sedang kak pipi pesan rujak. Cukuplah untuk mengganjal perut yang dari pagi belum terisi, nikmat sekali rasanya,.. maknyusss!!
Tak lama setelah makan kami langsung beranjak menuju Kijang naik taxi, kami turun sampai di depan masjid Sungai datuk, 50.000 kami bayar ongkosnya, pak sopir pun bilang terima kasih. lalu jalan kaki menyusuri gang pavingan-nya sudahmulai rusak.
Sampai di rumah bik Ratna kami tak menemui seorangpun disana, terpaksa masih duduk di dhurung² kak pipi sambil ngobrol dan berkenalan dengan tetangga. Eh, ternyata di kampung sungai datuk Kijang rata-rata orang Bawean semua sekalipun ada yang sejak lahir tidak pernah berkujung ke Bawean.
Beberapa saat bik Ratna datang dengan suaminya, pak Yus namanya, beliau asli turunan Padang Sumatera (bukan Padang Gunung Teguh Bawean lho) katanya beliau dari rumah menantunya. Setelah lama ngobrol barulah saya tahu kalau di rumah bik Ratna-lah dulu cik Muhtar mampir dengan penumpangnya (TKI:red) sebelum berangkat ke Malaysia lewat jalur laut.
Siang itu rencananya kami mau main ke Sekuning, disanalah banyak orang Kalompek-Menara tinggal. Yang saya tau Kak Encung, Kak Pari-Wati, Rama Hasan. Konon kakek saya Daifi juga pernah merantau ke sana dan banyak tanah peninggalannya, sayang beliau disana tak berlangsung lama. Karena cuaca terlampau panas dan cik Muhtar kecapean semalam dari Kuala Lumpur belum sempat tidur, kami memilih istirahat, tidur siang.
Bangun dari tidur siang kami makan di Kedai Asiong, ikan lebam bakar dan sotong bakar, bumbunya nikmat sekali terasa meresap sampai ke dagingnya. Rasanya tak ada bandingannya dengan di jawa.
Sore hari saya jalan-jalan ke Taman Kota ada kolam kecil kira-kira 50x100 m². Disamping kolam di bangun taman-taman dan tempat duduk santai. Ada komplek warung-warung makan lengkap dengan jajanan berbagai macam masakan, Pujasera namanya. Kami memilih mie ayam bakso, sedap betul makan mi ayam bakso sambil ngobrol di samping kolam, ada proyektor besar dengan siaran televisi sengaja di pampang untuk para pengunjung.
Setelah lama ngobrol kami pun pulang. Sampai di rumah bik Ratna kami nonton bola di RCTI siaran langsung Indonesia vs Australia hasilnya 0-0, sementara pak Yus merajut cedok sotong, alat untuk menangkap sotong. Hari-hari biasa pak Yus selalu memancing di laut, sudah beberapa hari terakhir ini pak Yus tidak melaut karena angin lumayan kencang dan perahu pak Yus sudah lumayan tua.
Pukul 5 pagi saya bangun, mandi lalu shalat subuh, selanjutnya siap-siap untuk pulang ke Batam sambil menunggu taxi jemputan. Kira-kira pukul 5.30 kami berangkat ke pelabuhan Tanjung Pinang. Hari masih redup, matahari belum terbit sempurna.
Sampai di Pelabuhan kijang kami menunggu speed pertama ke Batam. Sambil menunggu kami asik ngobrol menikmati susana di pagi hari. Tak lupa kami beli tiket Rp. 45.000,-. Tepat pukul 7 WIB speed pertama pun berangkat. Pukul 7.30 masih mampir di Pulau Lobam beberapa menit menurunkan penumpang Ada juga penumpang dari Lobam yang ikut ke Punggur, Batam.
Sampai di Pelabuhan Punggur kami menuju seberang jalan ke warung padang untuk sarapan. Selanjutnya ke bandara Hang-Nadim, cik Muhtar mau pulang ke Surabaya, beberapa menit kemudian saya di jemput Lifari, mampir di Anggrek sari, rumah kak Mila Sabe laok saya di suguhi bubur pisang ambon asli dari bawean, ada juga koncok-koncok, mantab!!. Hampir pukul 11 wib saya di antar ke Notebook Store Nagoya Hill, tempat kerjaku.
0 komentar:
Posting Komentar