Pelatihan Komputer & Internet

12 Februari, 2009

Satu Malam di Yogyakarta

Sabtu, tanggal 7 februari jam 16:45 pesawat batavia air yang saya tumpangi mendarat di bandara Adi Sucipto Yogyakarta, perjalanan 1 jam 50 menit dari Batam. Hanya menunggu beberapa menit setelah landing, saya di jemput pak wahyu, komisaris Notebook Store.

Mobil jemputan saya segera berangkat ke Jl. Kaliurang km 5 dekat kampus UGM, tepatnya di toko NOTEBOOk STORE cabang Jogja. Tak seberapa besar konter di jogja tapi konter yang baru di buka beberapa hari ni telah berisi berbagai macam laptop dan accessoriesnya. tak lama di toko pak wahyu pun pulang karena waktu sudah maghrib.

Sampai di Kaliurang saya menghubungi teman saya yang kuliah di Universitas Atmajaya jurusan teknik sipil, Halim dari Muara Lebak Bawean. Sekitar 1 jam kemudian Halim datang mengendarai Supra X 125 miliknya. Lama tak jumpa kami pun ngobrol, hingga pukul 9 malam pak wahyu datang lagi ke toko, katanya besok ia juga akan ke batam tapi masih mampir dulu di Jakarta, sementara saya ikut penerbangan direct Jogja-Batam.

Pukul 9.30 malam saya ikut Halim pulang ke kontrakannya. Sampai disana bertemu teman-teman mahasiswa Bawean, ada Basith Tambak, Jangki Daun dan Ipung Bangsal. Tak lama kemudian kami berangkat nongkrong ke Gubuk Cafe sambil ajendur bawean dan kegiatan mereka selama kuliah di Jogja. Sekitar 1 jam kemudian datang Kak Yani asal Pancor dan Acink Pamona sidogedung batu tapi mereka tak lama karena temannya dari Kepu ngajak pulang.

Pukul 12 Malam kami beranjak pulang ke kontrakan karena mata jangky sudah tidak kuat lagi untuk melek. Sampai ke kontrakan berangkat lagi keliling jogja dengan Halim, Basit dan Ipung. Saya sempat mampir di Teh Poci, suasana cangkru'an di pinggir kali, penuh pengunjung muda-mudi mahasiswa nongkrong disana. Tak lama kemudian kami langsung menuju Tugu jogja, malam haripun masih rame orang nongkrong walau hanya sekedar duduk & ngobrol, ada juga yang sendang foto-fotoan dari yang pake kamera handphone, kamera digital hingga kamera profesional, ada mahasiswa yang kuliah di jogja ada juga yang dari luar kota sekedar jalan-jalan dan malam mingguan disana.

Jogja memang unik, waktu nongkrong di Tugu ada club sepeda ontel yang sedang melintas, sepeda ontel yang satu in bukan sepeda ontel yang biasa kita lihat di toko, melainkan sepeda ontel yang telah di modifikasi, bodinya di tambah, 2 kali lebih tinggi dari ukuran normal. Ada juga klub mobil klasik dan club vespa yang lagi nangkring di pinggir jalan.

Malam minggu di Jogja memang terasa lebih hidup, dengan uang pas-pasan pun bisa nongkrong dimana-mana. Biaya hidup di jogja memang jauh lebih murah daripada di Batam. Apalagi ada nasi kucing, hanya dengan 1000 rupiah bisa makan nasi walau porsinya memang hanya se porsi makanan kucing. Tahun 2005 lalu saya beli nasi kucing di terminal jogja waktu itu cuma 500 rupiah. Makanan khas jogja adalah nasi gudeg dan bakpia pathok.

Jogja memang kota yang komplek, kota seni dan budaya, kota pariwisata, kota pelajar. Banyak tokoh Indonesia yang bersal dari Jogja diantaranya bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara. Tokoh Muhammadiyah Ahmad Dahlan. Seniman Affandi bahkan mantan presiden RI bapak Suharto lahir di Jogja.

Terakhir saya menyusuri jalan malioboro, disanalah banyak di jual kain batik dan kaos dagadu, ada juga berbagai macam kerajinan tangan dan souvenir. Harganya murah-murah tapi tidak murahan. Sayang waktu kesana semua sudah tutup karena memang waktunya sudah malam. Sampai di ujung jalan malioboro tepatnya di depan Monumen perjuangan 11 Maret kami berhenti. Kami nongkrong di seberang jalan depan Istana Presiden RI, hingga pukul 2:30 dini hari kami pun pulang ke kontrakan karena besok pagi-pagi saya harus berangkat lagi ke Batam, Batavia air akan berangkat pukul 08:30 Jogja-Batam-Medan.

10 Februari, 2009

H. Masnawi sesepuh Menara di Batam

H. Masnawi Bin Almarhum Bpk. Samri


H. Masnawi dengan Istrinya


H. Masnawi dengan keluarganya


Pagi itu saya mengantar kak Dani ke rumah H. Masnawi di Bengkong Batam. Tak banyak waktu kami ngobrol karena saya buru-buru berangkat kerja. Beliau pun di usia se tua ini masih juga setia bekerja di PT. Persero, perusahaan yang bergerak di bidang jasa bongkar muat barang di pelabuhan. Beliau bekerja di perusahaan tersebut sejak tahun 1981 sebagai pengemudi truk, genap 28 tahun di tahun 2009.

Putra almarhum Bpk. Samri ini, merantau ke Pontianak pada tahun 1969, berikutnya ke Singapura tahun 1970, karena alasan viskal ia di tangkap polisi singapura hingga pada akhirnya menginjak tanah Batam tahun 1974. Selama 35 tahun di Batam, cuma 3 kali ia pulang ke Bawean. Terakhir pulang tahun 2007 saat ayahnya sakit keras. 2 bulan setelah pulang ke batam ayahnya meniggal dunia.

Disuguhi nescafe susu kami sambil gnobrol tentang masa lalunya di kampung dan di Batam. Banyak tawaran kerja dengan gaji lebih tinggi, tapi ia tetap memilih kerja yang ia tekuni sampai sekarang ini dengan alasan lebih santai dan bisa pulang shalat jumat di rumah. Sebenarnya saya buru-buru tapi waktu pamitan saya dipaksa menuggu sarapan dulu.

Istrinya orang Gunung Malang. Anak bungsunya ada yang belajar di pondok pesantren Wali Songo Jombang, kelas 3 Aliyah.

08 Februari, 2009

Hamdani berkunjung ke Batam

Warung Surabaya Bengkong Batam

Kwetiau, Jeruk panas, Nasgor Seafood


Hamdani, S.Ag


Hamdani, S.Ag & Friend


Hamdani, S.Ag & Direktur Notebook Store


Hamdani, S.Ag putra bapak Ali Nur Gunung Gelagas Menara sedang bertugas mengajar di Tanjung Belagan Batam Kepulauan Riau. ia menyelesaikan S1-nya di Institut Keislaman Abdulloh Faqih (INKAFA) Pondok Pesantren Mamba'us Sholihin Suci Manyar Gresik. Tanggal 6 Februari di kali ke dua ia berkunjung ke batam dalam acara rapat bulalan di Muka kuning.

Bila berkunjung ke Batam ia selalu menyempatkan waktunya untuk silaturrahmi ke ketempat saya, sekalian ke rumah kak Yadi, Kak Ra'e dan obak Masnawi di Bengkong Batam.

Malam itu kami makan di Warung Surabaya perempatan Bengkong bersama kak Yadi, Kak Ra'i, dan direktur toko Notebook Store, Yaser. Ada berbagai macam menuyang di tawarkan. tapi rata-rata kami memesan nasi goreng seafood kecuali kak yadi memesan Kwetiau goreng. Minuman yang di sediakan pun bervariasi tergantung selera kita.

06 Februari, 2009

Obak Marwi di Jerman


Foto bersama saat ke Malaysia
dari kanan (Aziz, Zuhri, Marwi, Sadik,..)


Foto bersama cik Mawi saat ke Malaysia


Foto bersama cik Dawi saat ke Malaysia


Satu lagi orang kalompek menara yang jauh dari bawean, Marwi Bin Sawar. Ia tinggal di Jerman sejak tahun 1977. Pada awalnya ia kerja kapal dari singapore, berlayar dari pulau ke pulau, hingga ke benua eropa ketemu jodoh orang jerman.

waktu saya kecil saya masih ingat beliau pernah pulang ke Bawean, saya suka maen dengan Jeffry anak pertamanya. Ia suka maen kodok karena sering loncat-loncat.

Di Jerman beliau bekerja sebagai bilal di Masjid. Foto diatas saya dapat dari enak ponakan beliau Mikding di Gombak Malaysia.

05 Februari, 2009

Drs. Cuk Sugrito Mampir ke Batam

Pak Cuk Sugrito di NOTEBOOK STORE Batam

Pak Cuk Sugrito di NOTEBOOK STORE Batam

Pak Cuk Sugrito memilih laptop di NOTEBOOK STORE Batam


Beberapa hari yang lalu Drs. Cuk Sugrito, seniman Bawean sekaligus ketua yayasan pendidikan Umar Mas'ud Sangkapura melakukan perjalanan silaturrahmi ke negeri jiran, Malaysia dan Singapura. Hari ini beliau singgah ke Batam dimana sebelumnya beliau singgah ke pulau Bintan, Tanjung Pinang dan Kijang.

Beliau jalan-jalan ke Nagoya Hill Batam mampir ke toko kami NOTEBOOK STORE membeli laptop Toshiba Satellite A201 dengan spesifikasi Core 2 Duo 2,0 GHz, DDR2 2GB, HDD 250 GB, lengkap dengan webcam, wi-fi, firewire dan fingerprint. ia membeli laptop tersebut untuk anaknya, Pepeng.

Selain mempererat tali silaturrahmi beliau juga berkata untuk memenuhi panggilan kangen beberapa anak didiknya yang dulu pernah sekolah di yayasan yang beliau bina. Misal di Batam beliau tinggal di Orchid suite Batam Center tepatnya di rumah Kak Mamat, pengusaha minyak yang sukses di Batam.

Dari hasil silaturrahmi kemaren di Malaysia, Beliau melontarkan bahwa ada yang usul warga agar diadakan acara maulud Nabi keliling seluruh masyarakat Bawean yang ada di penjuru dunia secara bergantian tiap beberapa tahun sekali, seperti acara Syawalan warga Bawean Rantau se Jawa-Bali ke 12 yang dilaksanakan di Solo.

Acara maulud yang di maksud adalah maulud adat bawean, biasanya bherkat yang di sajikan adalah ember (baldi:bawean) yang di hias dengan kertas dan isinya jajanan khas dengan seremonial yang tak lepas dari asyrakalan dan shalawat Nabi.

Namun usulan dari warga kali ini adalah ember yang biasa di pakai mauluda-an tersebut agar diganti dengan wadah khas daerah misal kesse, bakol, copbhuk atau yang lain. Hal ini bermaksud agar produksi kerajinan tangan dari warga Bawean bisa berkembang dan mepunyai pasaran yang jelas. Karena selama ini alat-alat tersebut hanya digunakan sebatas keperluan di rumah saja.

Dalam acara silaturrahmi di Malaysia beliau bertemu tokoh-tokoh Masyarakat Menara, diantaranya adalah Pak Mukhlas. Pak Mukhlas adalah Bapak Lurah warga Menara di Malaysia. Di Singapura beliau bertemu dengan H. Badrul Fatah, yang berprofesi sebagai dosen disana. H. Badrul Fatah adalah putra ke-tiga dari K.H. Ridlwan, sesepuh orang Menara.

Tangal 17 Oktober 2009 nanti beliau mendapat undangan ke Singapura untuk mementaskan kesenian Bawean dalam acara "Penghargaan Pada Warga Bawean yang Berprestasi di Singapura". Rencananya kesenian Bawean yang akan ditampilkan ada 6 yaitu Mandiling Asli, Mandilign Garapan, Pecak Bawean, Jibul, Zamrah dan Kesenian Garapan.

Acap kali beliau menampilkan kesenian Bawean di berbagai acara, diantaranya acara syawalan warga Bawean Rantau se Jawa-Bali yang dilaksanakan di Solo, mewakili Gresik dalam festival budaya tingkat Jawa Timur di Banyuwangi,Festival Maulid Nusantara di Jakarta Islamic Center (JIC) Jakarta Utara yang diikuti 15 propinsi yaitu Daerah Nangroe Aceh Darusalam, Sumbar, Sumsel, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, NTT, Kalbar, KalTim, Gorontalo, Sulsel, dan Bengkulu. Dalam acara Festival Maulid Nusantara tersebut Bawean mewakili Jawa Timur.

Hingga umurnya yang ke 67 ini beliau memang telah banyak menghabiskan waktunya untuk mengabdi pada masyarakat, memperjuangkan seni dan budaya Bawean. Tak kenal lelah, sampai-sampai ada orang yang mengomentari "Pak sudah tua begini ga capek kerja beginian". "Yach mau gimana lagi lha wong namanya hoby, kerja di bidang seni itu ga ada bosannya, selagi nafas masih berhembus aku akan tetap memperjuangkan seni dan budaya Bawean" ungkapnya.

04 Februari, 2009

Harbour Bay Batam

Foto dengan Kak Yadi di Harbour Bay Batam

Kak Wari Tanjung Pinang Asal Button

Juhri tinggal di Tanjung Pinang Asal Kelbung

Pukul 10.30 malam saat mau pulang kerja tiba-tiba handphone-ku berdering, "Ri.. saya tunggu di Harbour bay ya..., saya sama Wari ni", "Oke bentar lagi saya kesana kak" jawabku pada kak Yadi dalam handphone. Beberapa menit kemudian saya berangkat ke Harbour bay.

Sesampainya disana kak Yadi, Kak Wari, Juhri dan bang Hamid telah menungguku disana. Karena telah lama tak bersua kami ngobrol banyak tentang cerita lama di kampung. Kak wari juga cerita pengalaman waktu ia mondok di Sukorejo Situbondo Jawa Timur.

Kak Wari adalah warga Menara asal Button yang berdomisili di Tanjung Pinang Kepulauan Riau, putra almahrum Hamidi. ia bekerja di kantor imigrasi Tanjung Pinang bagian pengurusan paspor. Juhri bekerja dengan dia sebagai asistenya. Juhri Asal Menara Kelbung keponakan ibu Salima.

Kalau kak wari sudah sejak kecil berdomisili di Tanjung Pinang, sedangkan Juhri baru dari tahun 2003 disana. Harbour bay adalah tempat yang asik buat ngobrol sampai kami lupa waktu untuk pulang. Apalagi disana tersedia berbagai makanan dan minuman khas. Malam itu kami pesan tahu goreng dan sotong goreng. Seafood memang makanan khas Batam dan Bintan.

Harbour Bay Batam adalah sebuah pusat bisnis yang menjanjikan dengan lokasi yang sangat strategis di Batam. Daerah ini memiliki kelebihan yang unik, fasilitas infrastruktur yang sempurna, kaya sumber daya tanah dan suasana bisnis yang bersemangat.

Total pembangunan kawasan Harbour Bay adalah 200,000 meter persegi, di mana 50% adalah bangunan-bangunan kantor dan rumah toko (ruko), 25% adalah hotel, dan 25% adalah komersial, services, fasilitas hiburan dan Terminal Ferry International ke Singapura dan Malaysia.

01 Februari, 2009

Satu hari di Tanjung Pinang

Malam itu sms masuk ke Hpku, ku lihat dari nomor malaysia. "Besok tunggu di pelabuhan Batam Center, saya ikut very pertama". Saya langsung ngeh karena hari sebelumnya cik Muhtar sudah konfirmasi memalui telepon kalau dia sedang di Malaysia dan akan pulang ke Gresik lewat batam.

Pagi hari jam setelah mandi 7.30 saya langsung bergegas ke pelabuhan batam cernter, sesampainya di sana cik Muhtar sudah menungguku. Kami langsung beranjak ke luar pelabuhan menaiki mobil Honda accord yang narik penumpang sebagai taxi, setelah negosiasi dengan sopir sepakat harga yang di tawarkan 50.000 untuk mengantar kami. Ada juga taxi di dalam pelabuhan tapi biasanya kalau naiknya dari dalam tarifnya lebih mahal. Karena kami akan nyebrang ke Tanjung pinang, pelabuhan punggurlah tujuan kami .

Tiba di pelabuhan punggur kami langsung masuk ke pelabuhan dengan membayar tax 5.500 per kepala, kami tidak membeli tiket kapal di loket tapi langsung bayar di dalam feri, kebetulan kapal akan segera berangkat dengan di bunyikannya sirine kapal, 45.000 tarif yang dikenakan MV. Baruna. Di dalam feri kami ngobrol sambil baca koran Batam pos yang kami beli sebelum naik ke kapal tadi.

Jam 10 wib kami bersandar di pelabuhan Tj. Pinang, kak pipi dari kijang telah menanti menjemput kami, dari pelabuhan selanjutnya jalan kaki menyusuri pasar tanjung mencari tempat sarapan. Tibalah di kedai Pagi-Sore ujung jalan pasar pinang, kami pesan martabak isi sedang kak pipi pesan rujak. Cukuplah untuk mengganjal perut yang dari pagi belum terisi, nikmat sekali rasanya,.. maknyusss!!

Tak lama setelah makan kami langsung beranjak menuju Kijang naik taxi, kami turun sampai di depan masjid Sungai datuk, 50.000 kami bayar ongkosnya, pak sopir pun bilang terima kasih. lalu jalan kaki menyusuri gang pavingan-nya sudahmulai rusak.

Sampai di rumah bik Ratna kami tak menemui seorangpun disana, terpaksa masih duduk di dhurung² kak pipi sambil ngobrol dan berkenalan dengan tetangga. Eh, ternyata di kampung sungai datuk Kijang rata-rata orang Bawean semua sekalipun ada yang sejak lahir tidak pernah berkujung ke Bawean.

Beberapa saat bik Ratna datang dengan suaminya, pak Yus namanya, beliau asli turunan Padang Sumatera (bukan Padang Gunung Teguh Bawean lho) katanya beliau dari rumah menantunya. Setelah lama ngobrol barulah saya tahu kalau di rumah bik Ratna-lah dulu cik Muhtar mampir dengan penumpangnya (TKI:red) sebelum berangkat ke Malaysia lewat jalur laut.

Siang itu rencananya kami mau main ke Sekuning, disanalah banyak orang Kalompek-Menara tinggal. Yang saya tau Kak Encung, Kak Pari-Wati, Rama Hasan. Konon kakek saya Daifi juga pernah merantau ke sana dan banyak tanah peninggalannya, sayang beliau disana tak berlangsung lama. Karena cuaca terlampau panas dan cik Muhtar kecapean semalam dari Kuala Lumpur belum sempat tidur, kami memilih istirahat, tidur siang.

Bangun dari tidur siang kami makan di Kedai Asiong, ikan lebam bakar dan sotong bakar, bumbunya nikmat sekali terasa meresap sampai ke dagingnya. Rasanya tak ada bandingannya dengan di jawa.

Sore hari saya jalan-jalan ke Taman Kota ada kolam kecil kira-kira 50x100 m². Disamping kolam di bangun taman-taman dan tempat duduk santai. Ada komplek warung-warung makan lengkap dengan jajanan berbagai macam masakan, Pujasera namanya. Kami memilih mie ayam bakso, sedap betul makan mi ayam bakso sambil ngobrol di samping kolam, ada proyektor besar dengan siaran televisi sengaja di pampang untuk para pengunjung.

Setelah lama ngobrol kami pun pulang. Sampai di rumah bik Ratna kami nonton bola di RCTI siaran langsung Indonesia vs Australia hasilnya 0-0, sementara pak Yus merajut cedok sotong, alat untuk menangkap sotong. Hari-hari biasa pak Yus selalu memancing di laut, sudah beberapa hari terakhir ini pak Yus tidak melaut karena angin lumayan kencang dan perahu pak Yus sudah lumayan tua.

Pukul 5 pagi saya bangun, mandi lalu shalat subuh, selanjutnya siap-siap untuk pulang ke Batam sambil menunggu taxi jemputan. Kira-kira pukul 5.30 kami berangkat ke pelabuhan Tanjung Pinang. Hari masih redup, matahari belum terbit sempurna.


Sampai di Pelabuhan kijang kami menunggu speed pertama ke Batam. Sambil menunggu kami asik ngobrol menikmati susana di pagi hari. Tak lupa kami beli tiket Rp. 45.000,-. Tepat pukul 7 WIB speed pertama pun berangkat. Pukul 7.30 masih mampir di Pulau Lobam beberapa menit menurunkan penumpang Ada juga penumpang dari Lobam yang ikut ke Punggur, Batam.


Sampai di Pelabuhan Punggur kami menuju seberang jalan ke warung padang untuk sarapan. Selanjutnya ke bandara Hang-Nadim, cik Muhtar mau pulang ke Surabaya, beberapa menit kemudian saya di jemput Lifari, mampir di Anggrek sari, rumah kak Mila Sabe laok saya di suguhi bubur pisang ambon asli dari bawean, ada juga koncok-koncok, mantab!!. Hampir pukul 11 wib saya di antar ke Notebook Store Nagoya Hill, tempat kerjaku.

Maulud Pemuda Menara Malaysia